Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut konflik Rusia-Ukraina dampaknya mulai terasa di sektor perekonomian. Menurutnya, ketegangan geopolitik tersebut menjadi ancaman baru bagi pemulihan ekonomi global maupun domestik.
“Konflik Rusia – Ukraina akan berdampak pada tiga hal yaitu kenaikan harga komoditas yang dapat memicu inflasi tinggi, terganggunya mata rantai perdagangan berupa distribusi, pasokan dan volume perdagangan, serta dapat memicu ketidakstabilan sistem keuangan karena para investor mengalihkan investasi ke asset yang lebih aman,” ujar Perry Warjiyo dalam Kuliah Umum G20, Senin (23/3/2022).
Para investor, lanjutnya, juga akan menarik investasinya dari negara-negara berkembang sehingga akan memicu arus modal keluar dan ketidakstabilian nilai tukar mata uang.
Ketegangan geopolitik ini, kata dia, menjadi berpotensi menghambat pertumbuhan global, bersama dengan kebijakan normalisasi negara-negara maju, serta masih adanya dampak luka memar (scaring effect) dari pandemi.
“Diperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dari proyeksi semula yaitu 4,4 persen. Banyak negara yang juga harus mengkalkulasi ulang kebijakan dan pertumbuhan ekonomi akibat hambatan-hambatan tersebut,” tukas Perry.
Bagaimana dengan kondisi Indonesia? Perry mengatakan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam pemulihan dan harus terus diperkuat agar pemulihan dapat berlanjut dan dapat bertahan dari pengaruh perkembangan global yang masih menimbulkan ketidakpastian.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 sebesar 3.7 persen menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang. Tidak hanya didukung oleh ekspor, tapi juga oleh konsumsi rumah tangga, investasi, serta kebijakan stimulus dari pemerintah dan Bank Indonesia. Insha Allah, ketahanan eksternal kita juga lebih kuat untuk mengatasi dampak global tadi,” papar Perry.
Dengan ketahanan ekonomi tersebut, Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian Indonesia di tahun ini mampu tumbuh di kisaran 4,7 hingga 5.5 persen. Proyeksi itu lebih tinggi, dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2022 yang hanya 4.4 persen. (imr)