Jakarta: Kepala Staf Kepresidenan, Jend (Purn) TNI Moeldoko menegaskan, pemerintah perlu cepat mencari negara alternatif impor daging sapi selain Australia, demi memastikan keterjangkauan harga dan kecukupan ketersediaan daging sapi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri Tahun 2022.
Hal ini disampaikan Moeldoko dalam Rapat Koordinasi dengan beberapa elemen kementerian/lembaga terkait dan para perwakilan asosiasi daging sapi nasional, di Gedung Bina Graha, Selasa (01/03/2022).
“Perlu ada negara alternatif impor selain Australia yang mampu memenuhi permintaan daging sapi dalam negeri dengan harga terjangkau. Ini perlu dilakukan dengan cepat,” ungkapnya seperti dikutip RRI.co.id.
Untuk diketahui, harga daging sapi dalam negeri saat ini dipengaruhi oleh kenaikan harga impor sapi bakalan dari Australia.
Harga daging sapi bakalan impor di Bulan Januari 2022 naik menjadi 4.2 dolar AS per kilogram bobot hidup dari posisi 3.8 dolar AS per kilogram.
Harga tersebut terus merangkak naik sampai 4.5 dolar AS per kilogram di bulan Februari.
Harga impor yang tinggi tersebut memicu kenaikan harga daging sapi secara signifikan di tingkat nasional dari Rp119.750 per kilogram pada 26 Februari 2021 menjadi Rp125.550 per kilogram pada 25 Februari 2022 atau naik sebesar 4.9 persen.
Harga tertinggi daging sapi terpantau berada di Provinsi Aceh yang mencapai Rp140.650 per kilogram.
Sedangkan di Provinsi DKI Jakarta harga daging sapi berkisar Rp140.000 per kilogram.
“Presiden sangat khawatir tentang inflasi beberapa komoditas yang sedang naik, seperti kedelai, minyak goreng, dan sekarang kita antisipasi agar daging sapi tidak terus naik. Pemerintah sigap menyikapi situasi ini agar tidak ada keterlambatan,” jelasnya.
Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah, ketersediaan daging sapi untuk bulan Februari hingga Mei 2022 mencapai 240.948,5 ton.
Sementara itu, kebutuhan daging hingga Mei 2022 mencapai 238.213 ton.
Angka tersebut menunjukkan adanya surplus 276 ton ketersediaan yang seharusnya dapat mencegah terjadinya kelangkaan daging sapi.
“Kenaikan harga ini sering berpatok pada harga sapi bakalan impor. Ketika mereka mendengar naiknya harga sapi bakalan, mereka ingin menaikkan harganya, jadi perlu penetapan harga jual yang wajar berdasarkan harga belinya,” tuturnya.
Menurutnya, langkah tercepat yang dapat diambil saat ini adalah memilih Mexico atau Brasil sebagai negara alternatif impor daging sapi.